Yang Berjuang Yang Bertuah

 Oleh: Luthfi F. A. Harahap (Subang, 28 Oktober 2021)


Harap atas penantian bertahun bersambut jawab, Agustus lalu kita telah tiba di ujung fatamorgana. Tersiar kabar sepakbola akan kembali dirayakan di Indonesia tercinta. Marhaban ya balbalan! Liga 1 segera digelar, lalu Liga 2 menyusul selang beberapa pekan.

Sebelumnya masing-masing tim tentu telah melakukan berbagai persiapan untuk menyambut kompetisi yang akan bergulir, tak terkecuali si hijau kami. Lewat serangkaian ujicoba dan evaluasi, kami cukup yakin PSMS akan mampu melewati musim ini dengan baik. Diselimuti segala kerinduan yang sudah tak tertahan, anak-anak Medan tentu menyambut musim ini dengan sangat antusias.

Di masa normal baru ini, format kompetisi dimodif sedemikian rupa menyesuaikan efisiensi waktu, biaya, dan proteksi protokol kesehatan. Ayo kita fokus ke Liga 2, karena tim paling gaul se-Nusantara sedang bermain di Liga 2. Liga 2 dibagi atas empat grup yang masing-masing grup diisi oleh enam tim pada fase pertama, lalu berlanjut ke babak 8 besar, semifinal dan final. Kompetisi tetap berjalan dengan dua putaran, namun pertandingan tidak dilakukan dengan skema home and away, melainkan ada satu tim yang akan bertindak sebagai tuan rumah untuk satu putaran.

Kita persempit lagi fokusnya. PSMS sendiri berada di grup A bersama lima tim kompetitor asal Sumatera yang lain. Putaran pertama digelar di Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang, Sriwijaya FC yang tampil sebagai tuan rumah. Sedangkan untuk putaran kedua telah sampai pula kabar bahwa akan digelar di Stadion Kaharudin Nasution Pekanbaru, PSPS akan mempersilahkan rumahnya sebagai gelanggang pada paruh musim pamungkas. Padahal anak-anak Medan sudah sempat berharap kalau putaran kedua akan digelar di Stadion Teladan Medan, lewat deretan berita-berita bahwa rumah tua kita mendadak telah didandani oleh pemangku kuasa kampung kita. Jadinya hanya terkesan seperti basa-basi belaka. Tapi gitu pun, tidak tuan rumah bukan alasan untuk tidak berjuang dan pesimis melewati musim ini.

Satu grup, enam tim, pada akhir fase pertama hanya dua tim di peringkat teratas yang berhak lanjut ke fase berikutnya, sedangkan satu tim terbawah harus turun kasta. Dengan komposisi kekuatan tiap tim yang hampir sama kuat, dan bermain di tempat netral tanpa penonton, kemungkinan untuk finish menjadi yang teratas dan yang terbawah sama besarnya, sebab total poin yang harus diperebutkan juga terbatas. Nasib baik jika mampu bertahan, lebih lagi menjadi yang teratas. Namun jika tidak, gerbang neraka degradasi terbuka lebar. Kompetisi musim ini hampir mirip dengan alur cerita Squid Games, serial Korea yang booming di Netflix sebulan yang lalu. Salah gerak berarti mati, sedangkan yang bertahan akan lanjut berjuang sampai bertemu tuah hingga menjadi juara.

Sampailah kita pada hari ini, laga terakhir dari paruh pertama, malam ini pokoknya kita harus meribak Sriwijaya FC! Berstatus sebagai tuan rumah, dan memiliki statistik yang lebih diunggulkan ketimbang PSMS, juga dengan tren positif menjadi tim yang selalu menang sejak pertandingan pertama. Sriwijaya FC yang dibaluti misi penuh ambisi untuk sapu bersih seolah dianggap sebagai momok yang bakal mendominasi pertandingan, tapi ingat jangan lupa, PSMS juga datang dengan motivasi yang hampir sama, sebab dua musim ke belakang PSMS selalu menang melawan Laskar Wong Kito di Palembang. Jika malam ini hasil akhir lebih berpihak untuk Sriwijaya FC maka selamatlah dia, semakin memperjauh jarak dengan para kompetitornya. Sedangkan untuk PSMS tentunya perjuangan akan semakin sulit, harus saling sikut dengan kompetitor lain merebut satu peluang yang tersisa di pinggir pintu neraka Liga 3. PSMS harus menjadi batu sandungan untuk menghambat langkah Sriwijaya FC. Di sisi lain, hanya itulah satu-satunya cara bagi PSMS untuk tetap mengamankan agar peluang tak menjadi semakin sempit. Berarti untuk malam nanti tidak ada pilihan lain selain harus meribak Sriwijaya FC!

Dibunuh atau membunuh. Jika memang keadaan memaksa harus membunuh, itu tidak akan menjadi soal karena PSMS adalah The Killer, dan PSMS lah yang akan selalu menjadi King of Sumatera. Sebelum berangkat menjemput tuah di kota bertuah, marilah kita akhiri paruh musim ini dengan meribak Sriwijaya FC di rumahnya yang megah itu, seperti yang telah kita lakukan sejak dua musim yang lalu. Apa kali rupanya Sriwijaya FC itu?

Ribak Sude Pantang Kalah.

Comments