Ronny Pasla


Oleh: Indra Efendi Rangkuti

RONNY PASLA : Macan Tutul Kiper Legendaris Timnas Indonesia dan PSMS Medan.

Ronny Pasla, mungkin nama ini agak asing di telinga anda terutama generasi 80-an kebawah. Namun bila para pembaca tuisan ini adalah generasi 60-70 an pasti mengenal siapa dia Ya, dia adalah seorang kiper legendaris dari Timnas Indonesia yang sangat lihai menjaga gawang Kesebelasan Indonesia dari ancaman-ancaman yang ditebarkan striker lawan. Kehebatannya membuat dirinya sangat disegani kawan maupun lawan, mereka menjuluki pria ini sebagai "Si Macan Tutul. Bagi yang ingin mengenalnya lebih jauh, berikut saya berikan profil beliau.

Ronny Pasla kiper Indonesia (PSSI) legendaris kelahiran Medan, 15 April 1947. Dia berkiprah sebagai kiper tim nasional Indonesia tahun 1966 sampai 1985. Peraih Piagam dan Medali Emas dari PSSI (1968), Atlet Terbaik Nasional (1972) dan Penjaga Gawang Terbaik Nasional (1974), itu memulai karir sepak bolanya dari Medan.

Sebenarnya, Ronny lebih awal meminati olahraga tennis.Pada PON 1965 Ronny Pasla bahkan terdaftar untuk memperkuat Tim Tenis Sumut pada PON 1965.Namun PON ini urung dilaksanakan karena peristiwa G-30 S/PKI. Lalu Ronny Pasla terus berkarir di tenis dan sempat meraih Juara pada Kejuaraan Tenis Nasional Tingkat Junior di Malang 1967. Namun ayahnya, Felix Pasla menyarankannya untuk beralih ke sepakbola karena melihat postur Ronny yang bertinggi 184 cm dan berat 79 kg sangat cocok untuk menjadi kiper.Lalu Ronny Pasla bergabung dengan klub Dinamo yang merupakan klub anggota PSMS.Ternyata Feeling sang ayah tidak salah.Ronny Pasla memang berbakat jadi kiper dan tidak butuh waktu lama diapun jadi kiper utama Dinamo dan tampil memukau di kompetisi PSMS.      Bakatnya ini kemudian menarik perhatian pelatih PSMS Jr waktu itu yang juga legenda PSMS Ramli Yatim untuk menariknya ke PSMS Jr yang dipersiapkan untuk Suratin Cup 1967.Dan ternyata bakat hebatnya ini sukses membawa PSMS Medan menjadi Juara Suratin Cup 1967 (Juara Bersama dengan Persija).Kesuksesan PSMS Jr ini membuat beberapa pemainnya seperti Ronny Pasla,Tumsila,Sarman Panggabean dan Wibisono ditarik ke Tim Senior yang dipersiapkan ke Kejurnas PSSI 1967 yang dilatih oleh duet legenda PSMS Yusuf Siregar dan Ramli Yatim.Dan disinilah Ronny Pasla mulai mencatatkan namanya sebagai kiper kawakan Indonesia dengan keberhasilannya membawa PSMS untuk pertama kalinya Juara Kejurnas PSSI 1967.Disusul kemudian aksi gemilangnya membawa PSMS Medan menjadi Juara Aga Khan Gold Cup 1967 di Bangladesh setelah di Final mengalahkan klub tuan rumah Mohammaden 2-1.Setelah dari Dinamo Ronny Pasla kemudian pindah dari Dinamo ke Bintang Utara dan disini bakatnya kian berkembang hingga posisi kiper utama PSMS makin kokoh dalam genggamannya.
                    
Selama berkiprah di PSMS, Ronny dan rekan - rekannya meraih prestasi sebagai Juara Piala Suratin (1967),Juara Kejurnas PSSI (1967,1969 dan 1971),Juara Aga Khan Gold Cup (1967),Juara Soeharto Cup 1972,Juara Marah Halim Cup 1972 dan 1973 dan Semifinalis AFC Champions Cup 1970.Ronny Pasla juga turut membawa Tim Sumut merebut Emas PON 1969.

Kiprahnya sebagai penjaga gawang andalan Tim Nasional Indonesia (PSSI) juga meraih prestasi sebagai Juara King's Cup di Thailand (1968), Juara Merdeka Games (1969), Peringkat III Saigon Cup (1970) ,Juara Pesta Sukan Singapura (1972),Juara Djakarta Anniversary Cup 1972.

Atas prestasinya yang gemilang sebagai kiper PSMS, Ronny yang berdarah Manado yang dijuluki Macan Tutul bertinggi badan 183 cm itu mendapat penghargaan sebagai Warga Utama Kota Medan (1967) yang diberikan oleh Walikota Sjoerkani. Kiprahnya di sepakbola dan Timnas PSSI sebagai kiper andalan sejak 1968 hingga pensiun 1985 dalam usia 38 tahun dianugerahi Piagam dan Medali Emas dari PSSI (1968), Atlet Terbaik Nasional (1972), Penjaga Gawang Terbaik Nasional (1974).

Selama karir sebagai kiper tentu banyak pengalaman Ronny yang amat berkesan. Salah satu di antaranya, tatkala Tim Santos Brazil yang diperkuat pesepak bola legendaris Pele, tur ke Asia termasuk Indonesia pada 24 Juni 1972. Dalam laga Timnas Indonesia dan Santos itu Ronny berhasil menahan eksekusi penalti Pele, kendati Indonesia akhirnya kalah 2-3.

Setelah pensiun dari dunia sepak bola pada usia 38 tahun di Indonesia Muda (IM), Jakarta, Ronny lebih banyak menggumuli olahraga tennis lapangan sebagai pelatih. Bahkan dia memiliki sekolah tenis lapangan bernama Velodrom Tennis School di Jakarta.
Untuk menjadi kiper yang bagus Ronny Pasla mengatakan, ada tiga syarat mutlak. Pertama, memiliki kewibawaan. Dari syarat ini, kiper akan memperoleh nama besar yang disegani lawan. Kedua, postur tubuh yang meyakinkan. Ini jelas, karena kiper yang pendek akan selalu mengalami hambatan untuk bertarung di udara di samping tak melahirkan kewibawaan. Ketiga, kematangan yang dilahirkan secara alamiah. Menjadi kiper harus atas keinginan dari hati sendiri, bukan paksaan orang lain atau keadaan.
Begitulah profil singkat tentang Ronny Pasla sosok kiper yang diidolakan kiper legendaris PSMS lainnya Ponirin Meka yang dapat diberikan penulis. Semoga tulisan ini dapat membangkitkan rasa nasionalisme kita terhadap Timnas Indonesia ditengah tengah kekeringan prestasi Timnas. Mudah-mudahan juga tulisan ini dapat membuat para pembaca bangga terhadap prestasi-prestasi PSMS Medan dan TIMNAS kita di masa lalu. Semoga tumbuh kembali Ronny Pasla - Ronny Pasla muda yang dapat mengharumkan nama PSMS dan Timnas Indonesia di kancah internasional seperti penerusnya antara lain Pariman,Taufik Lubis,Jampi Hutauruk,Ponirin Meka,Eddy Harto, Benny Van Breukelen, Donny Latuperissa,Sahari Gultom dan Markus Horison Ririhina. Amin !!!!!

Comments