Bualan Profesional


Swarnadwipa, 22 Januari 2020
Oleh : Hamba Bayar Tiket

Malam ini agak gerah, rokok yang ku bakar ku hisap dalam. Memori di kepala memutar kembali ingatan tentang PSMS beberapa waktu ini. Diawali dari terjadi dualisme kepemilikan, tapi sudah terselesaikan. Apakah sampai disitu ? tidak !! Masalah selanjutnya adalah persiapan menyongsong liga 2 yang semakin dekat. Dari salah satu bagian dari tim diumbar kata "akan mendatangkan" anak anak Medan yang bermain di liga 1. Optimistisme menggema ke seluruh penjuru Tanah Deli, liga 1 yg kami didambakan akan datang kembali. Bual, ya cuma bual. Keinginan bertolak belakang dengan kenyataan...

Selanjutnya sisi pelatih. Kembali digaungkan beberapa nama pelatih dari dalam dan luar negeri, juga pelatih asli Medan. Bual kembali menguap seperti gas berbau busuk. Managemen PSMS menunjuk pelatih yang sangat diragukan dengan track record tak mentereng. Dengan referensi pernah bermain di Medan maka ditunjuklah pelatih tsb. Nada optimis berubah jadi pesimis. Terbukti, dengan event ujicoba bertajuk "piala kepala daerah". kekecewaan dari seisi Stadion Teladan sangat jelas kala itu. Dari strategi, materi pemain dan yang utama Spirit Of Rap - Rap yang hilang. Tuding menuding, berdalih adalah hal yang selanjutnya,  Siapa yang salah ? Apa perlu rumput bergoyang yang akan menjawab ? Hehe...

PSMS adalah marwah, kebanggaan Kota Medan. dengan kondisi seperti ini, apakah masih sejarah yang bisa kita banggakan? sejarah dapat diartikan secara positif, tetapi juga dapat diartikan secara negatif. Fungsi sejarah pada hakikatnya untuk meningkatkan pengertian dan pemahaman yang mendalam dan lebih baik tentang masa lampau, untuk dapat memahami masa sekarang serta dalam prospektif masa yang akan datang.
Sejarah juga digunakan sebagai tolok ukur untuk terus menciptakan pencapaian yang belum diraih, membangkitkan motivasi untuk terus menoreh pundi pundi prestasi..

Sejujurnya, Kebanggaan kita ini tak beranjak sedikit pun dari prestasi minor yang sudah sudah. Dualisme, sengketa logo, manajemen yang ntah cemana strukturnya, fasilitas yang terlihat dipaksakan. Jauh dari kata PROFESIONAL.

Sebagai suporter maupun stakeholders yang mencintai PSMS, mari kita kembalikan fungsi kita sebagai kontrol sosial untuk Ayam Kinantan. Sudah muak rasanya kita dijejeli permainan dilapangan yang tak berkarakter. Ini semakin menjadi, dan harus segara dibendung secara seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Kondisi ini benar-benar sudah mencapai puncak titik jenuh. Ini bukan lagi PSMS yang kita mau, Ini bukan lagi PSMS yang kita tahu. Rapatkan saf dan luruskan barisan, kokok lantang Ayam Kinantan harus kembali, karena The Killer tak boleh mati.

TABIK TANPA TUNDUK
KAMI DI BARISAN MELAWAN

Comments

  1. Cakep min.. dengan siapa ini adminnya?
    Salam dr saya hamba yg bayar tiket

    ReplyDelete

Post a Comment